Kisah Singkat I Made Dwi Putrayasa
I MADE DWI PUTRAYASA lahir di Jembrana 22 Mei 1990 dan meninggal dunia 10 Juli 2024 Pukul 21:36 Waktu Jepang karena kecelakaan terjatuh dari truk ringan pada 8 Juli 2024 Pukul 11:30 Waktu Jepang di daerah Omitama-Jepang. Alamat terakhir di Indonesia adalah di Ketiman Kaja, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Ia mengikuti pelatihan kerja di Japan Indonesia Asaori dan berangkat ke Jepang untuk mengikuti Pemagangan kerja di bidang Pertanian Lotus Root pada Pasca Pandemi Covid-19 pada tanggal 21 Maret 2022.

Kesaksian-kesaksian dari semenjak Pelatihan di Japan Indonesia Aasaori:
Saya, Agus Dwi Candra (guru) mengingat perjuangan I Made Dwi Putrayasa saat pelatihan di JIA sebagai berikut:
1) Tidak punya uang untuk membeli botol minum sehingga menggunakan botol Aqua besar yang tampak dipakai bulanan sehingga sudah lumutan berwarna hijau penuh dan mirip bahan bakar pertalite. Sayapun membelikannya yang baru supaya tidak terus menggunakan itu.
2) Olahraga mengenakan celana panjang seperti penyanyi dangdut yang sangat longgar bagian bawah. Dari saat itu dipanggil Haji Roma Irama, kemudian disingkat menjadi Ajik.
3) Ceria, baik, suka bercanda dan menghibur teman-teman serta para guru, karena kegembiraan dan banyak bicara itu sering disebut radio. Suasana di sekolah terasa sepi tanpa dia.
4) Karena sulitnya memenuhi kebutuhan hidup selama pandemi covid 19, dia bekerja menjadi buruh bangunan dalam konstruksi sekolah JIA (pembongkaran steger) .
5) Pondok rumah yang kecil hanya cukup untuk anak dan istrinya. Dia tidur di bale (tempat duduk lebar) di luar tanpa tembok, disertai angin dingin. Terdapat kamar ukuran kecil untuk tidur istri dan 2 orang anaknya.



6) Saat di Jepang, keluarga bosnya sangat menyayanginya. Bosnya seperti kakaknya. Merasa sangat nyaman di perusahaan dan ingin terus bekerja di sana setelah kontrak habis. Perusahaannya kecil, kebetulan dia hanya sendiri karyawannya.
7) Saat saya bertemu dengannya di Jepang pada 18 Mei 2024, dia berkata bahwa ingin membahagiakan anak dan istrinya. Ingin melunasi cicilan rumah. Saat ini hanya berpikir untuk membahagiakan anak istrinya agar tidak melarat seperti dulu katanya.
9) 8 Juli 2024, 11:25 kecelakaan jatuh dari truk ringan (karena benturan di kepala) di Omitama, Prefektur Ibaraki, Jepang
10) 10 Juli 2024, 09:30 Waktu Jepang (Ibaraki) sebagai Pahlawan Devisa, meninggalkan dunia ini untuk selamanya di Rumah Sakit Tsuchiura Kyoudou Byouin. I Made Dwi Putrayasa meninggalkan istri dan 2 anak. Saya bersama Ni Made Nenny Priskasari Dwi Kusuma dan keluarga perusahaan menemani sampai detik-detik terakhir napasnya di Rumah Sakit tersebut. Saya hanya bisa memberikan pelukan terakhir kepada siswa saya yang berjuang dengan sangat luar biasa ini.
Ni Made Nenny Priskasari Dwi Kusuma (guru):
Pertama kali I Made Dwi Putrayasa datang ke JIA sebagai sales Sari Buana. Saya kira mau jualan ternyata mau daftar. Dengan logat Sumatera dan penampilannya yang berbeda dari yang lain, Made Dwi banyak cerita tentang kehidupannya mengapa sampai merantau ke Sumatera. Karena umurnya sudah 29 tahun saya tolak. Tetapi Made Dwi meninggalkan no.hp siapa tau kedepan bisa daftar. Mungkin karena sudah takdirnya, keesokan harinya ada permintaan pemagangan dari Jepang di bidang pertanian Lotus Root. Perusahaan menginginkan siswa yang berusia 28-35 tahun dan sudah menikah. Maka kami memanggil Made Dwi untuk tes fisik dan wawancara. Saat sudah lulus interview baru lah Made Dwi bilang kalau kita adalah teman saat SMA. Meskipun Made Dwi banyak bicara, tetapi dia banyak bekerja. Segala panas, angin, dan hujan dilawan. kehidupan keras di Sumatera mengajarkan Made Dwi bisa bertahan hidup dimana saja. Tetapi saat belajar di JIA hampir tidak bisa mengikuti pembelajaran karena tidak ada HP, jadi uang MCU (tes kesehatan) kami kembalikan supaya bisa membeli hp. Ternyata Made Dwi senang banget bisa punya hp kamera, jadi bisa foto istri dan anak-anaknya dan bisa merekam dirinya sendiri.
Pertemuan terakhir dengannya dua bulan lalu pada 18 Mei 2024. Dia banyak bercerita tentang kehidupannya. Hobi memancing dan sangat menyayangi istri serta anak-anaknya. Made dwi ingin anak-anaknyanya tidak sesusah dia. Dia ingin membayar cicilan tanah keluarganya di bank sehingga pura keluarganya tetap ada. Tetapi saat itu Made Dwi bilang ingin terus bekerja dan kalau bisa tahun depan tidak pulang supaya cepat lunasi cicilannya.
Made dwi memang tidak pulang tahun depan, karena pulangnya tahun ini (2024).
Fransisca Indah Nugroho (teman sekelas dan guru):
Pertama masuk JIA, saya belum tahu teman-teman sekelas karena saat itu belajarnya dibagi-bagi.
Datanglah hari dimana kelas bergabung saat masuk pelajaran dengan modul Minna no Nihongo shokyuu 2.
Awal-awal masih belum akrab banget dengan I Made Dwi Putrayasa (Ajik), setelah kenal beberapa hari bareng terus, lalu saya sadar bahwa Ajik orangnya cerewet, ceria, sering ngasi-ngasi nasehat ke orang lain, selalu ceria sampai-sampai nggak pernah melihat dia sedih.
Yang paling menyentuh saat makan bentou sama-sama di tower (gedung kesenian Bung Karno), pertama kali makan siang bareng, liat Ajik bawa sumpit dengan rupa yg aneh, ternyata sumpit itu Ajik buat sendiri dari bambu, tapi di ujungnya dikasi pipet agar tangan tidak sakit, awalnya lihatnya lucu, lama-lama jadi kasian. Makannya juga kadang cuma sayur bening, tapi dia nggak pernah ngeluh, selalu makan ditemani suara cerewetnya.
Di tasnya selalu ada permen, setelah sampai di kelas pasti langsung bagi-bagi terutama buat aku, Karisma, Nopi, biar bisa nyontek sedikit-sedikit. Tapi dia selalu menganggap kami bertiga seperti anaknya, tiap hari kami berikan permen.
Sering juga dipanggil anak sama Ajik.
Setiap membuat story di WhatsApp, selalu komentar, kirim stiker. Kirim chat dengan panggilan “beb”. Kadang cuma tak bales stiker juga, jadi sekarang agak menyesal cuma bales sedikit saja.
Obrolan terakhir dengan Ajik bulan Mei 2024 lalu.
Pribadi Ajik yang selalu ceria, tersenyum itu membuat senang berteman dengan Ajik.
Ajik semoga menjadi pendoa untuk semua.
Photo selama Pelatihan di Japan Indonesia Asaori:





Foto kunjungan ke perusahaan tempat kerjanya di Jepang dan karya-karya I Made Dwi Putrayasa:






*Ditulis pada tanggal 13 Juli 2024 di Tsuchiura, Ibaraki, Jepang.